Kamis, 22 Januari 2009

LAPORAN

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan alam semesta ini. Dari ciptaan-Nya manusia dapatmengenmbangkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae. Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kesejahteraan dan kehidupan manusia.
Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolidae dan Lumbricidae dangan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyk, Diplocardi, dan Lydrillus. Beberapa cacing tanah yang kini banyak diternakkan antara lain: Pheretima, Perioni dan Lumbricus. Ketiga cacing tanah ini menyukai bahan organic yang berasal dari pupuk kandang, dan yang berasalk dari tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus bentuk pipih. Jumlah segmen yang memiliki sekitar 90-195 dan klkiteum yang terletak pada segmen 27-32. Biasdanya cacing jenis ini sering kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bias menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Kliteumnya terletak pada segmen 14-16. tubuhnya berbentuk gilig panjang dan silindris berwarna merah keunguan . Cacing tanah jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot, dan cacing kalung. Cacing tanah berberbentuk Perionyk berbentuk gig berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dangan jumlah segmen 75-165 dan klitenumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing tanah seperti ini biasanya agakm manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang diatas, karena produktivitasnya tinggi ( penambahan berat badan , produksi telur/anakan dan dan produksi produksi bekas cacing”kascing”) serta tidak banyak bergerak.
Dalam kimia, garam ialah senyawa netral yang terdiri atas ion-ion.
Garam juga bisa berarti:
• Garam dapur, digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan
• natrium klorida, bahan baku utama garam dapur
• Garam (kriptografi), vektor inisialisasi sandi rahasia blok
• Bisa juga merujuk pada tiap arti ganda penggaraman
Oleh karena kami mendapat tugas biologi untuk melaksanakan penelitian, oleh karena itu kami akan mengajukan judul “Pengaruh Garam Dapur Terhadap Keadaan Tubuh Cacing”. Hal ini perlu diadakan penelitian, karena menurut kami kulit/tubuh cacing tanah sangat sensitive. Contohnya saja pada saat sinar matahari mengenai tubuh cacing tanah,maka cacing tanah tersebut akan menggeliat (menggerak-gerakkan tubuhnya) dan hal ini menujukkan bahwa cacing tanah mananggapi rangsang panas. Dan hal inilah yang membuat kami ingin mengadakan percobaan tentang pengaruh garam dapur terhadap keadaan tubuh cacing tanah.:

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan diatas maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Adakah pengaruh pemberian konsentrasi garam dapur terhadap keadaan tubuh cacing tanah.




1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas maka penelitian ini bertujuan;
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentasi garam dapur terhadap tubuh cacing tanah.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1Penelitian ini memberikan informasi yang penting tentang pengaruh pemberian garam dapur terhadap keadaan tubuh cacing tanah.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Cacing
Cacing sangat bagus dalam memanfaatkan sisa makanan untuk diubah menjadi pupuk yang disebut “KASCING” & “Pupuk Cair” yang sangat bermanfaat untuk kebun anda. Tapi ingat: cacing adalah makhluk hidup yang memerlukan perhatian yang cukup dalam peme¬liharaannya. Pastikan mereka tidak diberi makanan yang dapat membuat mereka sakit.
Hal-hal yang harus dijauhkan oleh cacing tanah:
1 Ampas kopi atau the
2 Minyak atau yang berminyak
3 Bahan yang mengeluarkan bau keras
4 Sabun atau bahan kimia
5 Tulang atau daging
6 Buah yang masam (jeruk)
7 Garam atau gula
Cara pembudidayaan cacing:
Sebagai media (tempat tinggal) cacing dapat menggunakan kompos sawit yang dibuat dari cacahan tandan kosong dicampur limbah cair dan diperam dengan penutup plastik selama 50 hari dengan membalik 1 s/d 2 kali seminggu di aduk dengan mesin pembalik. Sebagai pakan cacing dapat ditambahkan bubur limbah sawit (Slurry) yang sudah diperam 1 bulan.
Budidaya cacing tanah teknologinya mudah dan sudah populer di Bogor, Bandung dan daerah lain di Jawa Barat dalam skala rumah tangga yang berbentuk koperasi.
Budidaya cacing tanah dapat dipadukan dengan pengendalian limbah sawit padat (tandan kosong) dan limbah cair sekaligus mendapat keuntungan berganda sebagai berikut:
1. Kompos organik super dari kotoran cacing (Worm Casting Fertilizer)
2. Biomassa (Cacing itu sendiri sebagai pengganti tepung ikan)
3. Kompos organik yang tidak habis terpakai untuk media cacing.
Proyek terpadu budidaya cacing dengan pengendalian limbah sawit menjadi lebih ekonomis karena tidak memerlukan biaya pengumpulan media dan pakan cacing yang jumlahnya cukup berlimpah berasal dari PKS dan dapat dilakukan dalam skala besar seperti yang sudah dilaksanakan di Malaysia.
Manfaat yang penting adalah karena skalanya yang besar berarti memerlukan padat karya yang dapat memberikan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar pabrik termasuk keluarga karyawan yang dapat dilibatkan dimana limbah PKS itu sendiri akan lebih terkendali berarti menjamin keberhasilan pengaruh terhadap dampak lingkungan yang buruk.
Pemasaran kompos cacing (Worm Casting Fertilizer) merupakan kompos organik super yang banyak peminatnya. Pemasaran biomassa yang mengandung protein lebih tinggi dari daging dan ikan sangat diminati oleh Industri pakan ternak.
Paduan Budidaya Cacing dengan dipadukan dengan pengendalian limbah sawit walaupun dalam skala besar namun dapat terbagi dalam skala yang lebih kecil dan dihimpun dalam organisasi pola koperasi dimana lahan yang diperlukan relatif kecil ialah untuk media 1 m2 ketebalan 20 cm dapat diisi 2 kg atau 2500 ekor bibit cacing.

Standar Mutu Kascing
Dibeberapa negara, pupuk organik yang dijual sudah mempunyai standard mutu, termasuk kascing. Tabel dibawah ini adalah standar mutu kascing di Australia.
1. Rasio C : N maksimum 20:1
2. Specific Gravity(SG)/berat jenis: 0,6 - 0,8
3. Ukuran butir kurang dari 8 mm
4. Kadar air: 45% - 55%
5. Lost of Ignition (LOI): 50% - 60%
6. Logam berat dibawah batas maksimum
7. Colony Forming Unit (CFU)/jumlah mikroba lebih dari 150.000/µg
8. Foreign Matter Content (FM)/benda asing: kurang dari 0,5%
9. Patogen hewan: tidak ada
10. Patogen tanaman: kurang dari 2%
11. pH: 6,5 – 7,5
12. Electrical Conductivity (EC)/Daya hantar listrik: 1000 – 1500 dS/m
Cadangan Media Cacing
Cadangan media cacing dari kompos organik yang tersedia yang dapat diperoleh dari PKS kapasitas 20 ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam ialah 20 % dari cacahan tandan kosong dimana jumlahnya cukup besar sebanyak 23% dari TBS diolah = 20% x 23% x 20 = 0,92 ton kompos organik/jam
Cadangan Pakan Cacing
Cadangan pakan cacing dari bubur limbah/slurry yang dapat diperoleh dari PKS kapasitas 20 ton TBS/jam di mana jumlahnya juga cukup besar = 4,6ton setiap ton TBS diolah 20% x 4,6 ton x 20 = 18,4 ton slurry/jam.
Awal kegiatan budidaya cacing di sekitar PKS dimulai dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing dengan 15 kg bibit cacing dengan tenaga kerja 3 (tiga) orang berarti diperlukan sebagai berikut:
 Bibit cacing 66 x 15 kg = 990 kg bibit.
 Media cacing dengan perbandingan bibit : media = 1 : 1 ialah media yaitu kompos penggantian media 2 bulan sekali.
 Pakan cacing untuk 15 kg bibit diperlukan pakan sejumlah 15 kg slurry/ hari.
 Tenaga kerja 66 x 3 = 198 orang.
Dari data tersebut diatas dapat digambarkan bahwa budidaya cacing yang dipadukan dengan pengendalian limbah sawit merupakan padat karya yang sangat besar tetapi kebutuhan media dan pakan cacing sangat kecil dibandingkan limbah yang tersedia dari PKS berarti PKS masih tetap akan menghasilkan kompos organik diluar kompos tambahan dari kotoran cacing. Sebagai ringkasan dari Budidaya Cacing Tanah seperti yang tercantum pada data di bawah ini :
1. Media (tempat tinggal) cacing sebanyak 15 kg dapat menampung 15 kg cacing.
2. Media dapat terdiri dari kompos organik sawit (cacahan tandan kosong + bubur limbah/slurry) dicampur air lalu diaduk, 4 minggu kemudian dicampur slurry yang sudah diperam 1 bulan dengan perbandingan 70% campuran kompos : 30% slurry, tambahkan 1% kapur.
3. Perbandingan media dan cacing = 1 : 1.
4. Ketebalan media 20 cm.
5. Perilaku cacing:
a. Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada cacing yang keluar dari media berarti sudah cocok
b. Apabila dalam waktu 12 jam banyak cacing yang keluar dari media berarti tidak cocok.
6. Media seluas 1 m2, ketebalan 20 cm dapat diisi 2 kg atau 2500 ekor bibit cacing, dalam tempo 60 hari akan menjadi 4 kg ditambah kokon.
7. Kadar air optimum media 40 - 50%.
8. Penggantian media 2 - 3 bulan dengan indikasi semua media sudah menjadi tanah dan terdapat telur cacing.
9. Temperatur optimum media 25 C.
10. Makanan tambahan ialah slurry, taburkan atau tenggelamkan dalam media.
11. Satu (1) kg bibit cacing dapat menghabiskan pakan 1 kg dalam waktu 24 jam.
12. Bibit cacing yang baik umur 3 bulan, produktifitas sampai 9 bulan.
13. Dua (2) - tiga (3) minggu bibit dikeluarkan dipindah ke media baru.
14. Selama masa produksi (9 bulan) pemindahan bibit dapat berlangsung 8 s/d 12 kali.
15. Masa panen cacing 2 - 3 minggu sekali, masa panen kascing 1 - 2 hari sekali.
16. Setelah cacing tanah dipanen dibiarkan 30 mnt tanpa diberi makan agar semua kotoran keluar.
17. Jemur cacing selama 60 menit untuk menghilangkan lendir, cuci cacing tersebut dengan air hangat dan dianginkan selama 30 menit, jemur atau dipanasi dengan oven. Setelah kering digiling menjadi tepung dan dikemas dalam goni.
18. Satu (1) kg cacing dewasa akan menghasilkan 10 kg kascing dalam waktu 2 bulan dan 225 kg biomassa dalam waktu setahun atau 5 kg kascing/bulan atau 18,75 kg biomassa/bulan.
19. Harga biomassa: Rp. 120.000 /kg.
20. Harga bibit cacing: Rp. 175.000 /kg.
21. Harga kascing: Rp. 1.200 /kg.
22. Skala usaha kecil 15 kg bibit cacing dengan 3 orang tenaga kerja.
Cacing tanah menghasilkan kotoran (cast) di permukaan sekitar sarang. Kotoran cacing mengandung mikro organisma, mineral anorganik dan bahan organik yang bermanfaat bagi tanaman. Biomass cacing akan diproses menjadi tepung cacing yang bisa dibuat kerupuk, kue kering, serta merupakan bahan aktif dalam industri kosmetik. Substrat dalam cacing tanah sejak lama diyakini ampuh untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan seperti rematik, batu ginjal, demam dan cacar. Peneliti lokal meyakini bahwa ekstrak cacing dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen seperti Salmonela thypimurium (tifus) dan Escheria coli (diare).
Perbandingan Sifat Kimia & Kandungan Hara Casting
(Comparison of the Available Mineral in the Worm Casts)
Source :
(1) Damayani (1993) dalam PIBI IKOPIN (1999), Abraham.S, Nenny.N, Siti
Mariam (1999), dalam R.Rukmana (1999)
(2) Rikrik.W (1996) dalam Abraham.S, Nenny.N, Siti Mariam (1999) dalam
R.Rukmana (1999)

Tingkah Laku

Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke media yang lebih cocok.

Cacing sangat peka terhadap cahaya terlebih sepanjang bagian anterior tubuh. Bagian tengah kurang peka terhadap cahaya. Cacing memiliki tonjolan dekat bukaan mulut disebut prostomium yang terdiri atas sel-sel sensor berstruktur seperti lensa yang menggantikan fungsi mata. Selain itu, prostomium juga mampu membedakan material berbahaya selama proses makan. Cahaya tidak boleh menerangi permukaan media karena kondisi terang akan mengganggu kegiatan hidup normal di permukaan.

Biologi

Spesies cacing tanah yang umum dipelihara adalah Lumbricus terrestris, L. rubellus, Eisenia foetida, Allolobophora caliginosa dan A. chlorotica dari keluarga Lumbricidae. Spesies umum lainnya adalah Pheretima asiatica, Perionyx excavatus dari keluarga Megascolecidae, dan juga Diplocardia verrucosa dari keluarga Acanthrodrilidae, serta Eudrilus eugeniae dari keluarga Octochaetidae.


(A.K.Simanjuntak dan D.Walujo. Cacing Tanah, Budidaya dan Pemanfaatannya. 1982. hal 6
Bagian luar tubuh terdiri atas segmen-segmen yang jumlah dan lebarnya berbeda menurut spesies. Cacing tanah adalah hermaprodit dengan alat kelamin jantan dan betina pada bagian ventral atau ventro lateral. Cacing dewasa kelamin ditandai dengan adanya klitelum ( seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari tubuh sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan. Klitelum terkait dengan produksi kokon. Klitelum pada spesies L. rubellus dimulai pada segmen 22 memanjang 4 sampai 10 segmen ke posterior. Alat kelamin jantan dan betina terdapat mulai segmen 9 sampai 15 menurut spesies. Untuk menghasilkan telur fertil, cacing harus mencari pasangan dan saling menukar sperma yang akan membuahi sel telur. Pembuahan akan terjadi dalam masing-masing lubang kelamin betina. Setelah pembuahan, sepanjang permukaan klitelum akan mengeluarkan lendir yang akan dmengeras dan bergerak ke belakang terdorong oleh gerak maju cacing. Pada saat melewati lubang kelamin betina, telur-telur yang sudah dibuahi akan masuk ke dalam selubung kokon tersebut.

Kokon yang diletakkan pada kondisi lingkungan yang cocok akan menetas dalam 14 - 21 hari. Jumlah telur dalam kokon beragam, biasanya lebih dari 10 butir. Tergantung spesies, cacing dewasa mampu menghasilkan lebih dari 2 kokon setiap 5 - 10 hari. Perhitungan kasar menunjukkan setiap 100 cacing dewasa dalam kurun waktu 1 tahun dapat menghasilkan 100.000 cacing.
Waktu
Pertumbuhan Beberapa Cacing Lumbricid
(Time of Development for some Lumbricid Worms)




Cacing tanah bergerak menggunakan setae untuk mencengkeram atau membantu proses perkawinan. Lubang (pori-pori) yang terletak sepanjang ventral berhubungan dengan nephridia (organ utama pensekresi bahan nitrogen) di dalam tubuh. Pori-pori berfungsi mempertahankan kelembaban permukaan sebab cacing bernapas melalui kulit yang lembab. Sebagai reaksi atas rangsangan luar misalnya sentuhan mendadak, cacing secara spontan akan mengeluarkan lendir melalui pori-pori yang sama dalam upaya melepaskan diri dari ancaman tersebut.

Pemeliharaan

Bagian penting dalam pemeliharaan cacing tanah adlah menyiapkan media yang cocok, yang dapat mendukung pertumbuhan optimum. Media bisa ditempatkan dalam kotak plastik, anyaman bambu, maupun bak batako. Kotak-kotak media disusun pada rak bertingkat 4, yang ditaruh dalam ruangan terlindung dari terpaan cahaya. Tingkat kepadatan tebaran cacing sangat tergantung pada volume media. Media seberat 250 g cukup untuk menampung 250 g cacing dewasa. Media dan makanan tambahan adalah dua hal yang berbeda, tetapi cacing dapat memakan keduanya. Media terdiri atas campuran beberapa bahan organik (limbah pertanian, limbah pasar dll) yang pada awal pembuatannya dicampur air dan diaduk berulang kali utuk menyempurnakan proses fermentasi. Empat minggu kemudian dicampur dengan kotoran hewan (perbandingan 70 : 30). Kapur bisa ditambahkan (1 : 100 bahan organik) untuk mencapai pH netral.
Untuk menghindari kekeringan, permukaan media dilapisi plastik. Media sudah dianggap cocok apabila pH mencapai 6,0 - 7,2 ; tingkat kelembaban 15 - 30 % dan suhu antara 15 - 25 oC. Cacing tetap dapat tinggal dalam media bersuhu di atas 25 oC asalkan ternaungi dan mempunyai ventilasi yang baik. Mengingat cacing tidak dilengkapi gigi, sebaiknya makanan tambahan diberikan dalam bentuk bubur (campuran air dan bahan padat 75 : 25) dan disebarkan merata di permukaan media. Makanan tambahan biasanya terdiri atas kotoran hewan, daun berprotein tinggi, sayuran, jagung, katul, limbah industri dan lain-lain. Sewaktu memberikan makanan, taruh agak ke dalam lubang sebab cacing dewasa lebih suka makan di dalam lubang ketimbang cacing muda yang makan di permukaan. Dalam waktu 24 jam 1 kg cacing dewasa dapat menghabiskan 1 kg makanan tambahan.

Media sebaiknya diganti dengan yang baru apabila media lama terlihat sudah penuh dengan cast dan kokon. Jika biomass cacing yang menjadi tujuan pemeliharaan, panen bisa dilakukan setiap 2,5 - 3 bulan. Seleksi untuk mendapatkan stok pengganti harus dilakukan terhadap cacing dewasa berumur 4 bulan. Cast bisa dikumpulkan setiap 1 - 2 hari. Pemeliharaan 1 kg cacing dewasa akan menghasilkan 10 kg cast dalam 2 bulan atau setara 225 kg biomass cacing setiap tahun.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Garam
Dalam kimia, garam ialah senyawa netral yang terdiri atas ion-ion.
Garam juga bisa berarti:
• Garam dapur, digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan
• natrium klorida, bahan baku utama garam dapur
• Garam (kriptografi), vektor inisialisasi sandi rahasia blok
• Bisa juga merujuk pada tiap arti ganda penggaraman
GARAM
Orang Fenisia memperoleh banyak garam dengan cara menguapkan air Laut Tengah di tambak-tambak, demikian juga kita kenal di Indonesia :



Tambak garam


Orang Ibrani mempunyai persediaan garam yang melimpah di pantai-pantai Laut Mati (Zefanya 2:9) :



Dead Sea Shore with white salt grains on bottom of lake

2.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

- Ada pengaruh pemberian garam dapur terhadap keadaan tubuh cacing.





BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitrian yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan untuk saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain dan juga peneliti dapat mengontrol dan mengendalikan semua variable yang dilibatkan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah Oktaria, JL.Sumberayu No.10 RT 26 RW 04

3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variable yang dibuat berbeda.
Variabel bebasnya adalah konsentrasi garam dapur.

3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah sifat yang muncul akibat adanya variable bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keadaan tubuh cacing tanah.

3.3.3 Varibel Kontrol
Variabel control adalah perlakuan sama saat penelitiaan.
Variabel control dalam penelitian ini adalah batas waktu penelitian ,wadah,
jenis cacing tanah .

3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ada 3 yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,dan tahap pengamatan.

3.4.1 Tahap Persiapan
3.4.1.1 Menyiapkan alat
- Gelas aqua 3 gelas
3.4.1.2 Menyiapkan bahan
- Cacing Tanah
-Garam Dapur
3.5 Tahap Pelaksanaan
- Menyiapkan 3 buah cacing tanah
- Letakkan cacing tanah di masing-masing wadah
- Taburi garam pada masing-masing cacing dengan konsentrasi berbeda
3.6 Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan mengetahui kondisi kulit cacing selama 1 jam.
Hala ini bertujuan untuk mengetahui kepekaan cacing terhadap garam dapur.



















DATAR PUSTAKA


1. Putra. F.A, Ny Kartini Hidup Bersama Cacing. Kompas. 18 September 1999.
2. Khoeruddin, I. Banyak Yang Tergiur Menjadi Jutawan Cacing. Suara Merdeka.
26 Agustus 1999.
3. Try, H. Ny Lies Umami Kerupuk Cacing Hingga Jus Cacing. Kompas. 14
Nopember 1999.
4. C.A.Edwards dan J.R. Lofty. Biology of Earthworms. 1977.
5. Rahmat, R. Budi Daya Cacing Tanah. 1999
6. A.K. Simanjuntak dan D. Walujo. Cacing Tanah Budi Daya dan Pemanfaatannya.
1982.

7. "http://id.wikipedia.org/wiki/Garam"


















LAPORAN PENELITIAN BIOLOGI
PENGARUH GARAM DAPUR TERHADAP TUBUH CACING TANAH



Dibimbing oleh:
Sri Fatimah Wijaya. S.Pd


Nama Kelompok:
1. Oktaria Ardika Putri (26)
2. Nurhidayati Fadilah (25)
3. Nurani Nur Aisyah ( 24)
4. Dewanda Puguh (08)






SMA NEGERI 1 KEPANJEN
Jl. Jendral Ahmad Yani No. 48 Telp 0341-395122
Kecamatan Kepanjen Malang
65163

Tidak ada komentar: